Senin, 19 Maret 2012

Buat Apa Sih Demo Kenaikan haraga BBM?


Menyikapi kenaikan harga BBM selalu menjadi topic menarik. Pro dan kontra selalu terjadi. Sudah seperti lingkaran kehidupan dimana sebuah lonjakan akan membuat kita merasa tidak nyaman dan memaksa kita melakukan sesuatu sehingga aka nada sebuah perubahan ke yang lebih baik.

Masyarakat bergejolak. BBM naik berarti semua harga akan naik. Kenapa? Sederhana saja, semua butuh penyaluran. Dari bahan pokok hingga barang sekunder. Meningkatnya biaya perjalanan akan meningkatkan harga jual. Seperti efek domino atau bahkan efek bola salju. Walaupun sepertinya kenaikannya hanya berapa ribu saja, namun semakin panjang arus harga, maka akan semakin besar pula biaya arusnya. Mungkin itu juga sebabnya kenapa BBM yang naik, kok beras bisa naik juga padahal kita tidak makan BBM.

Satu sisi menunjukan fakta bahwa cadangan energi Bumi menipis setelah dikeruk manusia selama bertahun-tahun tanpa adanya pembaruan. Kemudian efek dari pengolahan hasil tambang juga banyak yang tidak ramah lingkungan. Efek rumah kaca merupakan dampak yang sangat jelas. Diperlukan penghematan energy, walaupun kita tahu bahwa suatu saat akan habis juga. Tapi setidaknya mampu mengulur waktu sampai ditemukan energy baru sebagai sumber daya.

Ketergantungan manusia akan sumber daya fosil ini masih belum bisa banyak berkurang. BBM masih menjadi darah dalam jantung perekonomian dunia. Belum ada penemuan yang signifikan untuk mengganti ketergantungan ini. Beberapa muncul namun belum bisa diproduksi dan digunakan scara maksimal karena terbentur biaya yang tidak sedikit. Untuk bisa sampai pada tahap ditemukan sumber tenaga yang baru, murah dan efisien perlu waktu yang tidak sedikit. Nah! Waktu ini bisa didapat dengan cara kita menghemat pemakaian BBM.

Manusia, bila sudah memasuki zona nyaman (dalam hal ini kemudahan mendapat BBM) maka akan susah untuk berpindah ke zona yang benar-benar tidak nyaman. Ajakan dan anjuran untuk menghemat pemakain BBM hanya menjadi euphoria trending topic masyarakat biar terkesan up to date  dan gaul! Memang tidak semua, banyak yang melakukan aksi nyata dengan penanaman semilyar pohon, penggunaan kendaraan non-mesin seperti sepeda, dan donor darah..- eh yang terakhir iya nggak ya-. Akan tetapi perubahan segelintir orang ini belum mampu merubah cara hidup ratusan juta rakyat Indonesia. Dan akhirnya pemerintah mau tak mau mengeluarkan kebijakan yang sekaligus mengeluarkan rakyat Indonesia dari zona nyaman yaitu kenaikan BBM.

Dengan kenaikan ini mau tak mau masyarakat akan semaksimal mungkin mengehmat pengeluaran mereka, terutama untuk konsumsi BBM. Selain itu masyarakat akan sebisa mungkin mencari alternative penhematan BBM. Otak manusia akan maksimal ketika sudah kepepet. Harapannya sih memang begitu, tapi fakta lapangan berbeda. Banyak mahasiswa dan kalangan masyarakat berdemo menentang kebijakan kenaikan BBM.

Buat apa sih demo?? Gunanya apa?? Mendingan cari duit lebih banyak, cari alternative lain..

Komentar yang benar juga. Buat apa ada demo? Teriak-teriak dijalan, panas-panas, dan sering bikin macet. Seperti perbuatan tidak berguna.  Tapi coba pertanyaan-pertanyaan itu disampaikan kepada petani, nelayan, atau warga-warga yang di daerah terpencil dimana bahkan toilet satu dipakai untuk 3 kampung? Apakah bisa dibayangkan reaksi mereka? :)

Benar memang kita mesti mencari uang lebih banyak untuk memudahkan kita membeli BBM. Kemana para petani dan nelayan itu harus mencari tambahan uang lagi? Siapa yang akan member mereka lapangan pekerjaan dengan segera dan pendapatan yang lebih dalam waktu dekat? Atau siapa yang akan memodali mereka untuk mendirikan hotel atau showroom mobil? Lantas apakah setelah kita mudah membeli BBM dengan keuangan yang lebih baik masalah terselesaikan? Dengan kemudahan kita membeli BBM, maka kita masuk zona nyaman lagi. Kita akan terdorong untuk menghabiskan BBM dengan mudah lagi. BBM malah akan semakin langka lagi atau malah lebih cepat habis sebelum mendapat sumber energy baru. Solusikah mencari uang lebih banyak mengatasi krisis energy?

                Mencari alternative energy baru. Memang itu tujuannya. Lebih baik mencari cara menemukan energy baru ketimbang demo. Buang-buang waktu! Ada benarnya juga. Lalu apakah sudah ketemu? Atau paling tidak ada yang bisa memastikan kapan itu terjadi? Berapa lama waktu yang dibutuhkan? Apakah para petani, nelayan dan warga pedalaman mampu menunggu hingga alternative tersebut ketemu? Apa para nelayan libur melaut dulu hingga ditemukan sumber energy baru? Ingat, kemudahan yang kita dapat tidak sama dengan mereka.

Tidak mungkin kita membiarkan kaum pinggiran sekarat sedangkan kita sibuk mencari uang lebih banyak agar lebih mudah membeli BBM atau kita mencari alternative baru tanpa memikirkan sisa waktu yang dimiliki kaum pinggiran sampai mereka kritis.

Jadi pada intinya, saya hanya meluruskan demonstrasi itu bukanlah hal yang tidak berguna. Terlepas dari demo itu solusi atau bukan. Mahasiswa berdemo ingin menyuarakan suara dari para petani, nelayan dan warga pedalaman. Mereka adalah kaum intelek yang sangat diharapkan peduli sekitar, bukan hanya lokal namun menusantara. Boleh mereka tinggal ditempat yang nyaman dengan segala fasilitas mudah, tapi sangat perlu mereka memperhatikan kaum-kaum pinggiran. Mereka adalah penerus bangsa. Mereka harus tahu segala sesuatu yang ada di Indonesia.

Ketika mahasiswa menjadi apatis dan tidak peduli dengan lingkungan luas, siapa yang akan menajdi wakil kaum-kaum pinggiran? Apa kita masih berharap belas kasihan pada bobroknya moral pemimpin-pemimpin kita di senayan? Apakah kaum-kaum pinggiran perlu medaki gunung, melewati lembah dan berenang menyebrangi samudra untuk sekedar berteriak akan nasib mereka? Kita mungkin tidak melihat perjuangan mereka karena kita sibuk tinggal di daerah yang penuh fasilitas mall, hiburan-hiburan dan lainnya. Mungkin kiat masih mampu membeli BBM dengan mudah. Tapi bagaimana mereka? Betapa besarnya efek kenaikan BBM beberapa ribu saja bagi mereka.

Ketika setiap kebijakan pemerintah selalu ditanggapi dengan ringan, maka imbasnya pemerintah akan ringan juga dalam membuat segala kebijakan. Jadi saya menganggap demo merupakan salah satu control untuk pemerintah dalam membuat segala kebijakan terutama menyangkut harkat hidup orang banyak. Ingat! Pemerintah adalah pelayan rakyat, bukan sebaliknnya.

Kesimpulannya saya tetap memberi apresiasi kepada mahasiswa yang di tengah kesibukan mereka membangun masa depan masing-masing, mereka masih peduli untuk menyuarakan suara kaum pinggiran walaupun istilahnya mereka kepanasan dan diludahi sendiri. Mari kita berusaha tetap menjaga kaum pinggiran dan mencari alternative bersama. :)