Selasa, 10 Mei 2011

Upin dan Ipin Digemari Anak Indonesia. Salahkah??

Sinema anak Upin dan Ipin memiliki banyak penggemar di Indonesia. Upin dan Ipin ini padahal merupakan sinema buatan negeri tetangga yang sering bersitegang dengan Indonesia, Malaysia! Ketegangan dengan Malaysia disebabkan oleh banyak hal, antara lain masalah perbatasan, klaim budaya, dan perang di dunia maya. Namun nampaknya hal itu tidak mempengaruhi  minat terhadap sinema Upin dan Ipin ini. Anak-anak Indonesia sangat menyenangi Upin dan Ipin. Banyak barang-barang yang memasang Upin dan Ipin sebagai gambar atau model, seperti tas, tempat pensil, celengan, gambar di baju dll.
Kesenangan anak bangsa terhadap produk luar (dalam hal ini produk dari bangsa yang dibenci rakyat Indonesia) mengundang dilema. Anak-anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa malah senang akan produk negara tetangga. Salahkah anak menyukai Upin dan Ipin?
Berikut beberapa alasan mengapa Upin dan Ipin disukai anak-anak Indonesia:
  1. Upin dan ipin menampilkan kisah anak secara jujur; 
Upin dan Ipin menampilkan kisah anak-anak yang sesungguhnya. Kisah yang mengisahkan anak-anak sesuai masa perkembangannya. Upin dan Ipin tidak melulu menampilkan perilaku yang sangat sopan, sesuai aturan, rajin. Mereka terkadang menampilkan kisah kenakalan anak-anak yang memang sering dialami anak seusianya. Tidak seperti sinema anak Indonesia, dimana tokoh utamanya digambarkan dengan sangat sempurna, anak yang sangat rajin, sabar, suka menasehati yang lain. Sifat seperti ini sudah terlalu sering dan terlalu muluk serta tidak realistis. Sebaik-baiknya anak, ada kalanya mereka melakukan kenakalan dan ini sangat normal terjadi. Inilah yang ada di sinema Upin dan Ipin namun tidak ada di sinema anak Indonesia. Belum lagi dengan kisah percintaan yang selalu ada dan cenderung ditonjolkan dalam sinema anak Indonesia.  Anak belum saatnya mengerti akan hal-hal seperti itu. Dengan dipertontonkan adegan percintaan tersebut, apakah tidak seperti mengajari anak-anak supaya pacaran sejak dini?
  1. Dialeg Melayu yang terdengar lucu;
Dialog dalam sinema Upin dan Ipin menggunakan Bahasa Melayu. Bahasa Melayu mempunyai kemiripan dengan Bahasa Indonesia. Pengucapan Bahasa Melayu yang banyak menggunakan huruf vokal  “e” terdengar lucu. Anak-anak Indonesia merasa Bahasa Melayu tidak terlalu asing sehingga mereka bisa dengan cepat membandingkan dengan Bahasa Indonesia saat terjadi dialog.  Vokal yang terdengar lucu dan kosakata yang tidak terlalu asing membuat dialog Bahasa Melayu Upin dan Ipin lebih enak dinikmati.
  1. Animasi yang lucu;
Animator Upin dan Ipin memang hebat. Berhasil menggambarkan karakter anak dengan lucu. Bintang yang digambarkan memiliki kepala botak, hidung, kaki dan tangan kecil. Bintang tersebut nampak seperti anak balita yang masih lucu-lucunya.
  1. Tidak ada tokoh anak yang jahat/nakal (antagonis);
Semua tokoh anak dalam sinema ini adalah teman-teman sepermainan. Semua melakukan aktivitas  anak-anak, dari mulai bermain dan belajar. Tidak ada kisah dimana ada anak yang berperan sebagai tokoh yang jahat. Anak pada dasarnya masih polos, lebih senang bermain walaupun permainan tersebut kadang  usil. Tapi tetap ditampilkan secara wajar namun menonjolkan sisi keasyikan dari dunia anak. Berbeda dengan sinema anak Indonesia yang sering terdapat tokoh jahat yang selalu berusaha melakukan tindakan tidak baik kepada tokoh utamanya dan adegan perseteruan tokoh . Anak menjadi tidak suka kepada tokoh jahat dan secara tidak langsung mengajari anak untuk membenci anak yang dianggap jahat/nakal, bukannya malah mengajari untuk merangkul anak tersebut untuk menjadi baik. Anak lebih suka melihat kebaikan. Mereka lebih suka melihat kerjasama, keceriaan, kebersamaan dari pada melihat permusuhan.
  1. Latar belakang tempat asri;
Setting tempat sinema Upin dan Ipin berada di sebuah desa yang masih sangat asri. Tidak banyak modernisasi disana. Daerah perkampungan yang enak dilihat mata. Kehidupan yang diperlihatkan menjadi nampak menyenangkan. Tengok setting tempat sinema Anak Indonesia. Beberapa setting tempat  menampakan daerah yang membuat anak tegang, takut, was-was, sedih dan iba seperti misalnya kolong jembatan dan  perumahan kumuh. Lainnya menampakan daerah fantasy island yang mungkin bagi sebagian besar anak tidak mengalami atau bahkan tidak sampai membayangkan. Ada juga setting pedesaan namun itu nampak tidak alami dan dibuat-buat dengan properti film.
  1. Kegiatan yang ditampilkan banyak permainan anak;
Selain menciptakan animasi yang lucu, banyak kegiatannya berupa keseruan bermain saat masih kanak-kanak. Tidak lupa disisipkan permainan anak jaman dahulu sehingga unsur budaya dimasukan secara tersirat dan menarik. Anak-anak secara tidak langsung ikut menikmati permainan yang nampak asyik dimainkan oleh tokoh-tokoh dalam sinema Upin dan Ipin.
  1. Tokoh-tokoh utamanya selalu nampak ceria dan bersemangat;
Jarang sekali terlihat tokoh utama terlihat bersedih. Mereka selalu nampak polos, ceria, dan bersemangat. Tidak ada isak tangis, jerit ketakuta, dan teriakan berontak. Hal ini mensugesti penonton, dalam hal ini anak-anak, untuk merasa ceria dan bersemangat juga. 
 
Anak-anak butuh kesenangan hidup di dunianya secara jujur tanpa ada unsur dewasa lainya. Tidak ada permusuhan, tidak ada drama percintaan, tidak ada tragedi, yang ada hanyalah kesenangan menjadi anak-anak sesungguhnya.  Itulah beberapa alasan yang membuat sinema Upin dan Ipin banyak digemari.
Sekarang bagi orang-orang dewasa, patutkah kita memaksakan anak untuk menikmati tontonan yang tidak mendidik, penuh rekayasa, penipuan, adegan berlebihan, kekerasan dalam layar kaca televisi Indonesia? Anak-anak belum mengerti hal itu. Mereka bosan dan tidak tertarik. Fungsi kognitif mereka belum berkembang. Belum mampu mencerna permasalahan kompleks orang dewasa. Sangatlah kejam bila kita memaksa mereka membuang hak mereka dan memaksa menggantinya dengan tayangan mengerikan di TV.
Mengeluh memang tidak banyak berguna. Secepatnya dibuat tayangan untuk anak-anak yang ditampilkan secara jujur, pas sesuai realita perkembangan dunianya, dan ada unsur edukatif yang diselipkan. Tentu saja tanpa banyak unsur dewasa yang tidak membangun. Menghidupkan kembali tayangan “si Unyil” merupakan salah satu cara terbaik. Melihat acara ini juga menampilkan hal-hal menarik layaknya tayangan Upin dan Ipin. Bahkan si Unyil memiliki memiliki kelebihan berupa setting tempat yang asri namun dibuat dengan tangan. Namun apabila dirasa tidak mengikuti perkembangan jaman, bisa juga menciptakan tokoh yang “Indonesia” namun juga memiliki kelebihan tayangan Upin dan Ipin. Beberapa ide tokoh tersebut salah satunya mungkin “Pandawa Lima”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar